Senin, 22 Maret 2021

CERITA HOROR | KUYANG KALIMANTAN BAB 3

 

Kuyang kalimantan

Bab 3

Tanpa di komando ibu ibu itu langsung merubungi asti. Mereka silih berganti memperingatkan asti. Bahwa kuyang tidak akan berhenti mengintai korban sebelum niatnya untuk menjilati darah bayi yang baru lahir kesampaian. Mereka menganjurkan untuk menangkal kuyang sebaiknya ditaruh bawang merah, bawang putih tunggal , dan ijuk dikolong ranjang. Dengan cara begitu kuyang bakal takut mendekat.


" Eh kamu barangkali kenal dengan bi atih.  Hampir semua warga disini menaruh curiga, bahwa dialah kuyang itu, makanya jangan coba coba bersitatap mata dengan dia, jika kamu memang tidak ingin kesulitan pada saat melahirkan. Lihat saja hari ini dia tidak berjualan. Waktu di tanya oleh nyi odage, dia bilang sakit. Padahal itu hanya akal akalan dia, " tukas perempuan berpupur tebal.


Masih banyak nasihat nasihat yang dii tujukan buat asti , tapi , tidak semua bisa di cerna oleh akalnya.


Malam pun tiba , asti dan suami memilih untuk tidur lebih awal. Tiba tiba tengah malam asti bangun mau buang air kecil. Ia pun segera membangun kan suaminya


" Mas bangun , temanin aku pipis dong " kata asti membangunkan suaminya


Seperti malam malam biasa kalo asti mau ke wc, ia selalu membangunkan suaminya  dan suaminya selalu menemaninya. karena memang wc mereka  yang berada di belakang,  terpisah dengn dapurnya sekitar 5 meteran, dan kebetulan di sekitar belakang rumahnya penuh dengan pepohonan.


Tapi Suami nya yang saat itu sangat pulas tidur tidak mendengarkan pembicaraan asti, asti pun mengurung niatnya untuk membangunkan suaminya , karena ia tau suaminya kelelahan bekerja seharian , akhirnya Ia pun memberanikan diri untuk pergi ke Wc , karena sudh tidak tahan lagi menahan ia pun bergegas pergi k wc. 

Setelah membuka pintu dapur yang untuk menuju k wc dengn tidak sengaja melihat seperti ada bola api yang bernyala-nyala dekat sekali dengan wc nya ia pun terkejut dan terdiam sejenak.


"Astagfirullah benda apa itu ", asti yang saat itu tidak sadar bahwa itu kuyang ia makin penasaran dengan apa yang ia lihat dan ingin tau karna baru kali ini ia pernah lihat, ia pun perlahan berjalan memberanikan diri untuk mendekat dan tiba - tiba 


" Mah liat apa sih , kan sudah dibilangin kalo mau k wc bangunin papah biar ditemanin ", kata suaminya Yang saat itu masih mengantuk dan mengaruk kepalanya


" Nggak apa-apa pah ", sahut asti yang kala itu terkejut dengan keadaan suaminya yang sudah berada di belakangnya.


Lnjut part 4

CERITA HOROR | MATA BATIN PART #3

 NEXT? 


Hello guys, kita menuju pada PART 2 di MATA BATIN 2, dengan cast yang masih sama namun alur cerita yang berbeda, misteri yang berbeda.


Gunanya ada PART 2 apa Thor?:

Ceritanya lebih menantang, misteri baru dengan BAB baru dari MATA BATIN 2. Jadi ini special pake telor 2.


Ini tetap cerita lanjutan. Masih PUnya Riri, dan peran-peran lama seperti Anggara, Julfian, Prilly, dan Ali masih ada disini🤗


Seeyou! Next cepat kilat? Ramaikan kolom komentar sama jangan lupa likenya yaaaa karna lewat komentar kalian, aku bisa tahu kalau cerita aku menarik dan kalian menyukainya🌝


Part sebelumnya

https://m.facebook.com/groups/201110817950561/permalink/538302534231386/

Part selanjutnya 

https://m.facebook.com/groups/201110817950561/permalink/539074117487561/

CERITA HOROR | MATA BATIN Part #2

 MATA BATIN 2 (HOROR COMEDY)

By Nanaw


_______________________________

PART 2 - BAGIAN 1


"Jangan baca sendirian, karna lebih enak baca berdua bareng gebetan😋"


***

2 tahun kemudian..


Sudah satu minggu Riri dan keluarga Kakak Perempuannya tinggal di rumah baru. Ya, Ali membeli rumah baru dengan alasan bahwa rumah lama mereka kurang besar, sebab saat ini Prilly sedang mengandung anak ke-9nya. Jadi dibutuhkan banyak kamar, dan ruangan yang luas.


Sebenarnya Riri merasa tak enak jika harus ikut tinggal bersama keluarga Prilly. Tapi saat ini ja sedang tidak bekerja, dan tidak memiliki banyak uang untuk menyewa sementara kost-kost'an.


Sejak kehamilan Prilly, anehnya Wanita itu menjadi pendiam, dan jarang sekali banyak bicara. Jangankan pada Riri, pada suami dan anak-anaknya pun nampaknya Prilly begitu acuh.


"Kak mau makan?" Tanya Riri yang mendapatkan gelengan kepala dari sang Kakak. "Tapi Kakak belum makan loh dari pagi?"


"KAKAK BILANG ENGGAK YA ENGGAK!" Bentaknya.


Itulah yang membuat Riri merasa aneh. Prilly sering kali marah, bahkan sampai pernah mengamuk tak jelas. Ali memaklumi bahwa Prilly sedang hamil muda, tapi berbeda dengan Riri yang merasa adanya keganjilan.


Akbar datang membawa buku tulis, ia mau di ajari PR oleh sang Mamah. "MAMA AJALIN AKBAL PL YA?" Pintanya.


Anak berusia 8 tahun itu masih saja cadel. Karna ciri khas cadelnya itu, Akbar sering kali di ledek oleh Adik-adik kandungnya.


"Kamu kerjain sendiri bisa kan Bar? Atau minta Bi Sumi bantuin. Mama itu gak mau terlalu capek! Nanti bayi dalam perut Mama kenapa-napa" Tolaknya.


Akbar langsung berlari memeluk Riri. "Kenapa Mama belubah?" Tanyanya pada Riri dengan raut wajah bersedih.


"Kita kerjain PR di kamar ya? Biar orang cantik macem gue yang ajarin" Ucap Riri dengan nada bercanda.


"Kepedean sekali Omah!"


"Heh cadel, udah ratusan kali gue bilang jangan panggil gue Omah. Lo gak liat muka gue yang babyface begini? Masa dipanggil Omah!" Kesalnya.


"Iya deh. Telus Akbal halus panggil apa? Sayang gitu?"


"Yaampun ni bocah kecil-kecil dah jago ngerayu. Calon-calon fakboi lo ya?"


"Apatuh fakboi?"


"Au ah! Udah buru kerjain PRnya" Riri segera menuntun Akbar menuju kamar untuk mengerjakan PR dari sekolahnya.


***

Sudah lama sekali rasanya Anggara tak bertegur sapa dengan Riri. Terakhir kali Riri mengatakan agar menjauhinya karna saat itu Lidya melabraknya bahkan menamparnya tanpa sepengetahuan Anggara. Sementara hubungan Anggara dan Lidya sudah lama berakhir.


Anggara sendiri saat ini bekerja sebagai koki di salah satu restoran besar. Ia tak lagi mengetahui kabar Riri sejak satu tahun lalu.


Ada rindu yang terpendam dalam hati Anggara. Ya, ia sangat merindukan Gadis konyol yarng statusnya dulu hanya sekedar sahabat itu.


Satu minggu lalu Anggara pergi menemui Riri ke rumah Kakak Perempuannya, namun rupanya Gadis itu beserta keluarganya sudah pindah rumah. Hingga sampai saat ini Anggara tak lagi menemukan jejaknya.


Hanya sebuah foto yang dapat meringankan beban rindu dalam hati Angggara. "Kangen Ri" Lirihnya.


Sejak Riri pergi menjauhinya, disitulah Anggara menyadari bahwa setiap waktu bersama Riri adalah tempat ternyamannya. la juga baru menyadari bahwa cinta mulai hadir ketika Gadis itu menangis dan mengatakan...


"GUE CINTA NGGA SAMA LO. TAPI LO GAK PERNAH SEDIKITPUN PAHAM SAMA PERASAAN GUE. GUE TAU CINTA GAK HARUS DI PAKSA! GUE MINTA JAUHIN LO BUKAN KARNA GUE TAKUT SAMA ANCAMAN LIDYA, TAPI KARNA GUE GAK MAU RUSAK KEBAHAGIAAN LO!"


Saat itu Anggara baru menyadari bahwa kebahagiaannya ada pada Riri.


Kini hanya ada sebuah penyesalan yang mendalam. Anggara hanya bisa berharap kelak ia bisa di pertemukan kembali dengan Gadis itu.


***

Julfian, Pria itu sudah sukses menjadi seorang pembisnis yang memiliki perusahaan besar sekitaran Jakarta.


Sudah lama juga Jul tidak menghubungi Riri semenjak ia dulu sibuk kuliah dan juga bekerja.


Tapi saat ini, ia sudah selesai kuliah dan menjadi seorang Bos Besar di perusahaan miliknya.


Mendadak hari ini ia merindukan Gadis konyol itu. "Gila kangen banget gua sama lu Ri!" Lirihnya sambil iseng-iseng stalking akun Riri.


Hai beb.- batal mengirim pesan.


Hem.- batal mengirim pesan.


P - batal mengirim pesan.


Sungguh Jul bingung bagaimana cara menyapa Gadis itu. Takut-takut Gadis itu malah memblok akun instagram miliknya.


"Jon..jon sini bentar" Kebetulan di kantor ada Joni selaku karyawannya sekaligus teman baiknya.


"Kenapa Pak Bos?"


"Gua mau chat cewek, tapi awalnya gimana ya?"


"To the point aja gini. Boleh kenalan gak?"


"Alay banget Anj. Gua udah kenal lagian!"


"Yaudah sebut namanya aja. Gitu aja repot."


"Maksud lu langsung gini, Hai Ri?"


"Mamah Tiri lu?"


"Bukan tolol! Namanya Riri"


"Buset ngegas mulu padahal lagi lampu merah! Ya kalau lu mau chat jangan pake Hai jugalah, kalau pake hai gitu kesannya lu kaya Om-om Jul"


"Om-om sexy ya?" Jul mengedipkan sebelah matanya.


"Najis horor gua liatnya anj" Joni bergidik ngeri lalu segera pergi dari hadapan Jul.


Jul mengikuti apa yang di sarankan Joni, ia mengirim DMan pada Riri dengan langsung menyebutkan namanya.


1 jam..


2 jam..


3 jam..


Drttt..


Buru-buru Jul melirik ponselnya, setelah berjam-jam menunggu akhirnya..


SIMPATI: Mau bikin si dia tersenyum di hari Senin? Bisa banget dengan TRANSFER PULSA ke si dia, yuk hubungi 879# sekarang. Info: bit.ly/2P1t1eR


"BANGSAT!" Umpatnya kesal. Ia pikir isi balasan DM dari Riri, namun rupanya malah isi pesan dari operator.


Karna penasaran, Jul melihat kembali DMan yang ia kirim. Namun rupanya Riri tak membacanya sama sekali.


"Mungkin foto profil gua ngaruh kali ya" Gumamnya lalu segera mengganti foto profil pada ponselnya dan mengirim ulang DMan pada Riri.


Foto Profil yang semula gambar monyet, kini ia rubah menjadi gambar gorila. Entah mengapa Jul sangat menyukai binatang-binatang berbulu seperti itu.


"AH SIAL GAK DI BALES JUGA!"


Satu-satunya cara yang bisa Jul lakukan adalah BERSABAR! Ia percaya suatu saat Tuhan mempertemukan lagi keduanya.


"Sabar ya baby, aku tau kamu gengsi bales DMan aku. Ntar kalau ketemu, aku langsung sosor aja biar kamu gak di ambil orang. Muachhhhh"


Sial! Jul sangat buchien rupanya terhadap Riri. Sampai-sampai isi dompetnya diselipkan foto Riri yang paling cantik.


Part selanjutnya

# BERSAMBUNG

CERITA HOROR | MATA BATIN Part #1

 MATA BATIN 2 (HOROR COMEDY)

By Nanaw

(Wattpad Nanaww98)

_______________________________

BAGIAN 2

Susahnya mencari pekerjaan di kota Jakarta ini sudah seperti susahnya mencari jodoh rupanya.


Hampir setiap hari Riri melewati jalan yang sama untuk pergi melangkah mencari pekerjaan, tapi hasilnya ia harus kembali ke jalan yang sama lagi dengan keadaan galau merana akibat tak mendapatkan pekerjaan.


Sudah 3 bulan lamanya Riri rebahan di rumah. Sementara ia membutuhkan uang untuk membeli kuota, skincare dan ngemall. Menyesal rasanya berhenti bekerja di toko kue Becca'cake hanya karna Liya tak lagi bekerja disana, sebab sahabat baiknya itu sudah menikah dan memilih menjadi ibu rumahtangga saja.


BRAK! Riri menendang tong sampah yang berada di sekitaran jalanan tersebut. "KESEL BANGET GUE TAU GAK! KUOTA KAGA ADA, PACAR KAGA PUNYA, MAU MINTA BELIIN KAKAK GUE, KAGA ENAKAN GUE ORANGNYA! TERUS SEKARANG LO NGALANGIN JALAN GUE PULA!" Umpatnya.


Padahal sebenarnya tong sampah itu berada di pinggiran jalan dan tidak sama sekali menghalangi jalan Riri. Namun Riri malah menyalahkannya seolah melepaskan penat dalam pikirannya.


Riri duduk di sekitaran taman. Ia sedang memikirkan kemana lagi ia harus mencari pekerjaan sementara ia hanya memiliki ijazah SMA?


Sebuah mobil Bugatti Divo berhenti dipinggiran jalan sekitar taman tersebut. Seseorang keluar dari sana dengan memakai kacamata hitam yang kemudian ia lepaskan. "Kaya Riri. Wah kalau bener, ini sih namanya jodoh!" Jul langsung saja melangkah hendak menghampiri Gadis yang sedang duduk di taman itu.


"Baby? Ngapain disini?" Tanya Jul.


Riri yang semula menunduk, kini kepalanya ia angkat sedikit seraya mendeteksi siapa yang ada di hadapannya.


"PANJUL?" Ucapnya terkejut.


"Buset biasa aja dong liatnya. Kek liat setan aja! Gua duduk di samping lu boleh ya?" Tanpa menerima jawaban dari Riri, Pria itu langsung saja duduk di samping Riri.


"Lo kok bisa disini sih? Lo bukannya sibuk ngurus perusahaan bokap lo ya?"


"Gua juga gak tau bisa ada disini, ada dua kemungkinan sih sebenernya. Antara kita jodoh, atau kita berjodoh. Kayanya sih dua duanya"


"Apasih gak jelas! Lo beda banget Jul" Riri memperhatikan penampilan Jul dari atas sampai bawah. Namun sedetik kemudian ia tertawa terbahak-bahak saat melirik ke arah sendal yang Jul pakai


"Nambah ganteng ya gue?" Ucapnya penuh percayadiri sambil membenahi dasi yang melekat pada kemejanya.


"Nambah pea! Dari atas sampe mata kaki penampilan lo oke kaya bos besar. Eh taunya pas sampe kaki, penampilan lo kek bocah SD baru bangun tidur. Ngapain lo pake sendal beruang Jul? Hahahaha"


Jul melirik ke arah kakinya. Wajahnya seketika memerah menahan malu. Bisa-bisanya ia lupa tak memakai sepatu khusus ke kantornya itu. "Bisa-bisanya ni sendal beruang nempel di kaki gua" Gumamnya.


Riri menggelengkan kepala dan tak henti-hentinya menertawakan Jul.


"Tuh kan baru ketemu lagi aja, gua udah bisa bikin lu seneng. Apalagi tiaphari ketemu" Goda Jul.


"Maksudnya?"


"Will you marry me baby?"


"Hahahahahhahaa. Lo ngelamar gue?


"Yoi. Gimana mau gak?"


"Ya kagalah! Gila kali lo ya, cinta kaga gue sama lo. Eh lo dengan percayadirinya ngelamar gue gitu?"


"Cinta datang seiring berjalannya money beb"


"Lo pikir gue cewek matre?"


"Emang lu gak butuh skincarean gitu baby?"


"Butuh sih"


"Emang gak butuh tas-tas mahal, make up sama jalan-jalan keluar negeri gitu?"


"Butuh sih"


"Nah berarti lu matre. Matre itu ada dua jenis, yang pertama matrealistis karna kebutuhan, yang kedua matrealistis karna keserakahan. Dan gua rasa lu yang bagian pertama. Jadi itu sebuah kewajaran"


"Iya juga sih. Jadi inti dari omongan lu apa?"


"Kaga adasih."


Bola mata Riri berputar malas. Sungguh sikap Jul tidak pernah berubah, ia Pria paling menyebalkan yang pernah Riri kenal.


Tak lama seseorang menepuk pundak Riri dari belakang, sontak Riri langsung berbalik dan terkejut saat mengetahui rupanya yang menepuk pundaknya adalah..


TUKANG TAHU GEJROT!


"Neng, bayar dong. Kan udah abis dua plastik tuh. Masa belum di bayar?" Tagihnya.


Riri tersenyum kikuk. Ia lupa membayar tahu gejrot pesanannya yang sudah habis ia makan karna doyan sekaligus lapar.


Namun saat Riri melirik ke arah dompetnya, sisa uangnya hanya tinggal 10.000 rupiah. Sementara selembar uang itu tadinya mau ia pakai untuk ongkos.


"Berapa semuanya Pak?" Tanya Jul ramah pada penjual tahu gejrot itu.


"Lima belas ribu Mas."


Jul menerogoh sakunya dan mengambil selembar uang seratus ribu. "Kembalinya buat bapak aja" Ucapnya sambil memberikan selembar uang berwarna pink tersebut.


"Wah terimakasih Mas. Semoga Mas sama Mbaknya langgeng ya sampe maut" Lirihnya.


"Aamiin" jawab Jul santai sementara Riri membulatkan matanya seolah tak terima, namun apa boleh buat ia hanya bisa pasrah karna Jul sudah menyelamatkan hargadirinya.


Setelah kang tahu gejrot kembali ke posisi berdagangnya, kini kedua insan itu kembali berbincang-bincang.


"Thanks ya" Ucap Riri.


"Sama-sama baby. Kamu mau makan apalagi? Masih laper gak?"


"Nama gue Riri bukan kamu!"


"Nama gua juga Jul bukan sayang"


"'Siapa juga yang manggil lo sayang?"


"Manggil apa?"


"Sayang"


"Iya apa sayang?"


Riri menatap Jul jengkel sementara yang ditatap memancarkan senyum tak berdosanya.


"Ayo mau makan gak?" Ajaknya lagi.


"Kaga!"


Kruyuk...kruyukk...


Cacing di perut bilek: WOI LAPER NIHHHH PENGEN SEBLAK PAKE NASI.

Mulut bisa berkata tidak, tapi perut minta di isi.

Jul yang mendengar suara perut Riri, ia tertawa lirih. "Ayo makan. Jangan malu-malu sama calon Laki" Dengan kecepatan seribu tangan dan bantuan kekuatan dari kera sakti, Jul berhasil menarik pergelangan tangan Riri menuju mobilnya lalu segera On the way ke restoran.

# BERSAMBUNG

CERITA HOROR | KKN DI Desa Terkutuk

Kilat menyambar, kini kilat dan petir menjadi cahaya penerang kami di tengah hutan. Ku lirik ke arah jam di tanganku, pukul 12:00 masih siang, tapi kenapa seperti sudah tengah malam.

"Ndri kamu kenapa?"


Aku sama sekali tidak suka hal seperti ini, aku ingin obrolan bukan diam tak bergeming seperti ini.


"Din kita harus kembali, aku mendapat firasat kalau kita di sini tidak aman,"


"Apa kamu tidak memikirkan tentang teman kita yg lain? Mereka membutuhkan kita,"


"Dina, tapi --


"Kalau kamu tidak mau ikut mencari teman-teman yg lain, kamu boleh pulang kok, aku gak maksa kamu untuk nemenin kami, iyakan Wulan?"


Ku lirik ke arah Wulan, Wulan ... bibirnya membiru akibat kedinginan.


"Wulan, Wulan kamu kenapa?"


"Ambu, aku kangen sama Ambu, aku ingin ketemu Ambu sebelum ajal menjemput ku di sini,"


Ku gosok telapak tangan Wulan, tangannya sangat dingin.


"Wulan kamu harus kuat, kita akan keluar dari hutan ini, kita akan ketemu sama orangtua kita lagi,"


"Sudah ku katakan, kita sebaiknya pulang saja, gak usah cari teman kita lagi,"


Andri? Kenapa dia tidak peduli dengan temannya, dengan Hendri dan Amirul. Tuhan ... bantu kami, aku tidak mau teman-teman ku tiada di tempat ini, aku mau kembali dengan semua teman-teman ku.


"Dina, katakan kepada Ambu jika aku sudah tiada nanti, katakan kepadanya bahwa aku sangat menyayangi dirinya, katakan juga kepada Abah untuk menjaga Ambu dengan baik,"


"Wulan, Wulan tetap buka mata kamu, kita akan pulang setelah hujan reda. Wulan ku mohon tetap buka matamu!"


Andri turun dari rumah pohon dan berlari entah kemana, sekarang aku takut. Aku bingung harus apa, aku tidak bisa meninggalkan Wulan di sini sendirian.


Tak lama, Andri kembali dengan membawa daun pisang.


"Untuk apa?"


"Untuk menutupi Wulan, Wulan sepertinya kedinginan,"


Ya tuhan, kasihan Wulan, dia sampai menggigil karena kedinginan, wajahnya membiru, ini sepertinya bukan karena kedinginan.


"Andri lihatlah, wajah Wulan membiru, ini bukan karena kedinginan!"


Andri melihat kondisi Wulan, mulai dari tangan, hingga ke kaki dan beralih ke kepala Wulan.


"Ndri??"


Andri mencabut kayu runcing di kepala Wulan.


"Astaghfirullah!"


Andri membuangnya dan memegang kepala Wulan, ada rasa cemburu di hati Dina, saat melihat perlakuan Andri kepada Wulan.


'Aku tidak boleh egois, Wulan saat ini membutuhkan bantuan Andri.'


______


Pov Author


Dina meletakkan tangan Wulan di atas daun pisang, Dina memutar duduknya menatap ke arah pohon beringin yg berjajar.


Air mata Dina menetes, hingga akhirnya beranak sungai.


Tuhan, apa salah kami hingga kami harus berada di tempat yg mengerikan ini? Gumam Dina.


Dina melirik ke arah Wulan, Wulan masih tak sadarkan diri, sedangkan Andri, dia sedang menggosok tangan Wulan, kepala Wulan juga sudah di perban menggunakan baju Andri.


Tiba-tiba Andri sudah berada di dekat Dina.


"Kamu kenapa?"


Dina menggeleng, seraya menghapus air matanya, Dina menatap ke arah Andri dengan senyum tipis di bibirnya.


"Katakan kepadaku kenapa?" Ujar Andri kembali.


Lagi lagi Dina hanya menggeleng, sambil memutar matanya ke arah pohon-pohon besar di depan matanya.


"Ada kesedihan di manamu, dan juga ada air mata di di pelupuk matamu, jika kau ingin menangis, maka menangislah, aku tidak akan menahannya," ujar Andri.


'Bagaimana bisa aku menahan semua rasa cemburu ini, seharusnya aku sadar kalau saat ini bukanlah saat untuk bercemburu.'


Dina menghembus nafas beratnya.


"Aku khawatir dengan keadaan Wulan, dan juga teman-teman yg lain, aku takut mereka kenapa-napa,"


Andri memegang tangan Dina, mengelusnya pelan, tapi Dina malah menarik kasar tangannya.


"Jangan menyentuhku di saat kondisi tak menentu," 


Dina memutar posisi tubuhnya membelakangi Andri, Andri bingung dengan sikap Dina.


'Tuhan, kenapa aku menjadi seperti ini, buanglah rasa cemburu ini jauh-jauh dari diriku.'


Dina memejamkan matanya, berusaha menepis rasa cemburunya.


"Tolong jaga Wulan, aku mau mencari teman-teman yg lain,"


Dina turun, dan menatap sekilas ke arah Andri.


'Ku harap kamu tidak melakukan hal yg tidak di izinkan dalam agama kita.'


Dina berlari masuk ke dalam hutan dengan membawa tas ransel miliknya.


"Dina hati-hati!" Teriak Andri.


Andri berpikir, lalu melihat ke arah Wulan yg terbaring lemah.


'Aku tidak bisa membiarkan Dina pergi sendiri ke sana! Aku harus mengikutinya!'


"Wulan, Wulan sadarlah,"


"Hem, Ndri ... dimana Dina?"


"Dina pergi mencari teman-teman yg lain, Wulan aku harus mengikuti Dina, aku takut dia kenapa-napa, ku mohon kamu jangan kemana-mana sampai kami kembali,"


Wulan mengangguk mengiyakan.


"Hati-hati, bawa Dina dan yg lainnya kembali,"


Andri mengangguk, Andri turun dan akhirnya berlari menyusul Dina dalam derasnya hujan, beserta kilat dan petir yg menyambar.


Di tengah perjalanan, Andri tidak melihat Dina dimana pun.


"Perasaan baru saja Dina pergi, kenapa dia tidak terlihat sama sekali," gumam Andri.


Andri berjalan menyusuri jalan setapak, saat ini Andri pasrah, dia akan menyusuri setiap jalan setapak. Entah kemana jalan ini akan membawanya.


Tapi tiba-tiba, Andri merasa ada yg mengganjal, tadi suasana hujan, badai, kilat dan petir bersatu, tapi sekarang ... matahari menampakkan sinarnya, membuat kulit putihnya terasa panas.


Andri juga melihat bentangan sawah, dan perumahan.


"Dimana aku?"


Andri berjalan, menyusuri jalan yg kini berubah menjadi jalan batu. Andri berhenti di sebuah rumah.


"Bukannya ini rumah yg kami tempati? Kenapa aku sampai di rumah, aku ingin mencari Dina, bukan kembali ke rumah, ah ... kenapa menjadi seperti ini!"


Andri mengacak kesal rambutnya, kini dia harus kembali masuk ke dalam hutan. Tapi lagi-lagi dia kembali ke rumah.


Andri pasrah, dia pun masuk ke rumah, rumahnya tampak ramai, dan ada suara bacaan yasin.


"Siapa yg meninggal?"


Andri masuk, dan terlihat teman perempuannya sedang terbaring, dengan tubuh yg di tutup kain putih. Terdengar isak tangis dari Sulastri dan Lina.


"Hiks hiks, Ka ... kenapa kamu harus ninggalin kita!"


Lutut Andri seketika lemah, karena Cantika sudah tiada.


"Ndri, Tika udah gak ada, Tika udah tiada,"


Sulastri menangis dalam pelukan Lina.


"Dimana Hendri dan Amirul?"


"Mereka sedang membawa Amirul ke tempat Pak Suwira, karena Amirul kejang-kejang dengan mata melotot,"


Andri bangkit dan berlari ke arah rumah Pak Suwira, di sana juga terlihat banyak orang. Banyak menangis sembari mendoakan Amirul.


Terlihat Hendri yg juga khawatir dengan kondisi Amirul.


"Hend ...."


"Ndri lu udah kembali, syukurlah,"


"Hend apa yg terjadi? Kenapa Cantika dan Amirul jadi kek gini?"


"Panjang, ceritanya sangat panjang, sekarang kita harus obati Amirul, dan makamin Cantika,"


'Ternyata aku tidak lagi mimpi, Tika benar-benar meninggal, dan Dina berada di tengah hutan bersama wulan.'


Di sisi lain, Dina mengayunkan langkahnya dengan mata yg terpejam akibat merasakan sakit di kakinya.


"Aku harus berhasil mengumpulkan semua teman-teman ku yg lain!"


Dina melirik ke arah belakang, terlihat Andri berlari ke arahnya.


"Ndri, kenapa kamu ke sini, kenapa kamu tinggalin Wulan sendiri?"


Andri tidak menjawab pertanyaan Dina, dia malah menatap Dina dengan tatapan kosong.


"Kamu gimana sih, aku kan udah nyuruh kamu buat jagain Wulan, kenapa kamu malah nyusulin aku!"


Dina kembali berlari ke arah rumah pohon itu, sampai di rumah pohon, Dina tidak melihat Wulan di sana, hanya ada jejak-jejak darah yg hampir hilang karena air hujan.


"Wulan di mana kamu?" Lirih Dina.


Tiba-tiba Andri berada di samping Dina. Dina tersulut emosi karena Andri meninggalkan Wulan sendiri, dan akhirnya Wulan menghilang entah kemana.


"Kamu sih, aku kan udah nyuruh kamu buat jagain Wulan, tapi kamu malah nyusul aku, kamu gak bisa jagain amanah orang, aku benci sama kamu!"


Dina memukul tubuh Andri sembari menangis, karena kehilangan Wulan. Sedangkan Andri, dia sama sekali tidak mengelakkan dirinya dari pukulan Dina, tatapannya masih sama, kosong.


'Wulan kamu di mana?' batin Dina.


Tiba-tiba, entah nyanyian siapa, Dina mendengar suara Lingser Wengi, nyanyian itu membuat Dina merinding.


"Siapa? Siapa yg bernyanyi?" Teriak Dina.


Dina menarik rambutnya, karena kesakitan mendengar nyanyian Lingser Wengi.


"Hentikan, hentikan nyanyian itu! Ku mohon hentikan!"


Tiba-tiba pohon beringin di depan Dina tersambar petir, cabangnya patah dan menimpa Dina.


Dina memegang kepalanya, menahan sakit, darah keluar deras dari kepala Dina. Mata Dina berkunang-kunang dan akhirnya gelap, Dina pingsan karena hantaman batang kayu beringin.


#Happy_Reading💙

CERITA HOROR | SEHIDUP SEMATI

 



SEHIDUP SEMATI

Ibu Diana yang mendengar teriakan dari kamar Bunga, beliau langsung bergegas menyusul Bunga ke kamarnya. Saat memasuki kamar, Bu Diana tak melihat keberadaan Bunga di sana. Lantas beliau berjalan tergesak menuju arah kamar mandi.
Tepat sekali. Karna di kamar mandi itulah beliau melihat Bunga meringkuk ketakutan. Bunga juga sedang memeluk badannya sendiri yang terlihat bergetar. Melihat itu, Bu Diana langsung memeluk Bunga dengan erat untuk menenangkannya.
"Ada apa sayang?" Bu Diana bertanya dengan nada lembut dengan tak lupa mengawasi sekitar kamar mandi. Siapa tahu beliau bisa menemukan sesuatu yang sudah membuat Bunga begitu ketakutan seperti sekarang. Namun, beliau tak menemukan apa-apa. Semuanya normal, tak ada hal janggal yang terlihat di dalam kamar mandi. Hal itu semakin membuat Bu Diana bertambah penasaran, apa kiranya yang yang terjadi.
"Kenapa kamu ketakutan seperti ini, ada apa?!" tanya Bu Diana kali ini dengan nada tak sabaran. Karna Bunga yang tak kunjung menjawab pertanyaannya.
Bunga yang sudah berangsur tenang di dalam pelukan ibunya. Segera menunjukan jari telunjuknua mengarah pada cermin yang tergantung di dinding kamar mandi. Tangan yang Bunga gunakan pun masih terlihat gemetar sangking takutnya.
Bu Diana segera mengikuti arah telunjuk yang Bunga arahkan. Saat jari itu lurus dengan cermin. Bu Diana mengernyitkan keningnya dengan heran.
'Ada apa dengan cermin tersebut batin' Bu Diana.
Karna, saat beliau melihat dan memperhatikan cermin tersebut dengan sangat detail dan teliti. Tak terlihat apapun yang aneh di sana. Bu Diana juga tidak melihat apa-apa selain cermin yang tergantung di dinding.
"Tidak ada apa-apa di sana sayang," ucap Bu Diana kembali bernada lembut, meyakinkan Bunga agar tak perlu takut lagi. Karna benar, beliau tak melihat hal yang menakutkan di cermin itu. Semuanya normal tak ada yang perlu dikhawatirkan. Beliau juga tak berhenti mengelus-elus punggung Bunga, berharap Bunga sudah tak apa-apa lagi.
Bunga yang mendengar ibunya berucap demikian. Langsung mendongakan kepalanya, menatap cermin yang tadi membuatnya berteriak histeris. Bunga tidak percaya saat mendengar kata-kata ibunya jika tidak ada apa-apa yang terlihat di cermin tersebut. Karna tadi, ia dengan jelas melihat apa yang tertulis di cermin itu.
Setelah memberanikan diri, Bunga lihat lagi cermin itu. Benar! Tidak ada apa-apa yang tertulis di sana. Cermin itu bersih. Tak seperti yang Bunga lihat tadi. Saat ia memasuki kamar mandi.
"Eh," Bunga yang terkejut langsung berkata demikian. Karna situasi ini benar-benar membuatnya kebingungan.
'Apakah tadi aku hanya berhalusinasi?' Batin Bunga bertanya ragu pada dirinya sendiri dengan apa yang tadi dilihat olehnya.
Pasalnya, Bunga melihat dengan jelas apa yang tertulis di cermin tersebut. Kini Bunga sudah berdiri di depan cermin yang permukaannya terlihat begitu bersih. Tak terdapat coretan atau noda apapun di sana.
Jemari Bunga meraba, menelusuri permukaan cermin. Sambil mengamati wajahnya sendiri. Yang dilakukan Bunga saat ini tentu saja menarik perhatian Bu Diana. Beliau menjadi bertanya-tanya, apa kiranya yang sedang Bunga lakukan.
"Memangnya tadi kamu lihat apa di sana?" tanya Bu Diana penasaran, karna Bunga begitu lekat memperhatikan cermin yang berada di depannya.
"Tadi, di sini." Sambil tangannya masih meraba permukaan cermin.
"Ada tulisan," lanjut Bunga pelan juga terdengar ragu. Karna, sekarang tidak terdapat tulisan apapun di cermin yang sedang Bunga raba.
"Tulisan apa Nak? Kenapa kamu sampai ketakutan seperti tadi?" tanya Bu Diana bertubi-tubi. Yang membuat Bu Diana semakin aneh atau hwran adalah, karna di cermin itu tidak ada tulisan seperti yang Bunga katakan.
"Mungkin tadi Bunga salah lihat kali Ma," ucap Bunga sambil menghembuskan napasnya dengan pelan. Bunga berkata demikian agar tak membuat Ibunya berpikiran macam-macam seperti dirinya. Bunga takut membuat Ibunya khawatir. Bunga tidak tahu saja, jika jawaban yang diberikannya itulah yang semakin membuat Ibunya berpikir yang macam-macam. Namun, Bu Diana menyimpan dalam hati semua pertanyaan-pertanyaan yang ingin keluar dari mulutnya.
"Baiklah kalau begitu. Ibu sampai ikut takut melihat kamu gemetaran seperti tadi," sahut Ibunya Bunga pura-pura lega. Kata-kata itu tidak tulus dari hati beliau. Bu Diana berpikir jika sekarang Bunga terlihat sangat aneh. Beliau akan menunggu dimana Bunga sendiri yang menceritakan apa yang dia rasakan karna Bu Diana tidak mau emmaksa anaknya sekarang. Jika beliau melakukan itu, merongrong Bunga dengan pertanyaan takutnya akan membuat Bunga tertekan atau bahkan ketakutan seperti tadi.
Mendengar penjelasan dari Bunga. Beliau tidak mau memaksa lagi. Lantas, Bu Diana pamit untuk keluar dari kamar Bunga. Bunga juga mempersilahkan Mamanya untuk beristirahat kembali. Bunga juga merasa tidak enak sudah membuat Mamanya khawatir.
"Masa sih aku tadi salah lihat," gumam Bunga pelan. Seakan masih ragu jika tadi ia salah lihat. Sekali lagi Bunga meraba permukaan cermin itu dengan teliti. Bersih. Tetap tak ada apapun yang tertulis di cermin itu.
Menggelengkan kepalanya. Bunga membuang jauh pikirannya agar ia tak lagi memikirkan apa yang tadi ia lihat. Takut, jika ia hanya berhalusinasi. Cepat-cepat ia melakukan ritualnya di kamar mandi. Seelesai membersihkan wajah dan menggosok giginya, Bunga langsung keluar dari kamar mandi.
Setelah pintu kamar mandi tertutup. Cermin yang tadinya bersih. Kini muncullah satu-persatu huruf yang tadi tlulisannya dilihat oleh Bunga. Tulisan tersebut juga ditulis dengan menggunakan darah. Membuktikan jika tadi Bunga tidak berhalusinasi.
Kata yang tertulis di cermin tersebut kini hanya bisa dibaca oleh kalian. Kata itu adalah ....


next di part selanjutnya

CERITA HOROR | KEMAMANG


KISAH NYATA (KEMAMANG)

OLEH : Rafika

Entah kemamang itu hantu atau apa yang jelas wujudnya bukan manusia.
Dulu dibelakang rumahku masih banyak pepohonan deket sungai juga, apa lagi pohon bambu rada angker kalau disini. Seperti pohon bambu itu rumahnya para makhluk ciptaan allah selain manusia.
Pernah waktu malam tiba , bulek (istri dari adik ayah saya ) belum terlalu malam juga sekitar jam 8nan cari anaknya ,dikira lagi ngerokok dibelakang rumah taunya ada bara api macam orang merokok tapi tanpa asap sedikit gelap jadi dikira anaknya, dipanggil panggilah anaknya ki kiki tanpa sautan suara, kemudian bara api itu semakin panjang dan berjalan mendekati bulek saya sontak bulek saya lari masuk kedalam rumah karena difikiran bulek saya itu rokok tapi kok nggak ada asapnya dan semakin panjang bara apinya.
Kemamang kalau didaerah saya entah itu apa yg pasti katanya nanti menghisap ubun2 kita dan bakal bikin kita sakit entah sakit apa.
Sampek sekarang belum ada yang bisa memastikan itu apa?? ,tapi kemamang itu nyata.