Minggu, 21 Maret 2021

CERITA HOROR | DIPERKOSA SETAN

 DIPERKOSA SETAN (18+)

CHAPTER 1: SINTIA
Yang Sintia tahu hanya kehidupan malam menyenangkan, tapi sangat kelam dengan segala pikiran yang terbenam. Makna dari lenggak-lenggok tubuhnya mengikuti irama musik bising di kelab ini bukanlah suatu kebahagiaan, melainkan pelampiasan untuk meredam ego diri sendiri. Mungkin seharusnya dia sholat dan mengaji, tetapi untuk wanita seperti Sintia, kedua ibadah ini sangat sulit dia percaya dapat menghilangkan segala kesusahan dan kegelisahan. Memang tak heran, karena di dunianya, tidak ada istilah ibadah. Ibadah itu: kewajibannya melenggak-lenggokkan tubuh di kelab, berbaur dengan para lelaki yang sedang dimabuk nafsu.
Bulir-bulir bening berlomba keluar dari pori kulit Sintia: di leher dan dahi. Itu seperti ajang perlombaan. Bagian tubuh manakah yang akan lebih banyak mengeluarkan keringat? Meski begitu, tak ada niatan Sintia untuk menyudahi aktivitas melelahkan ini. Dia akan terus bergerak hingga pagi dan kelab tutup. Namun, jika hanya untuk beristirahat, paling saat satu musik telah habis diputar. Dia akan meraih botol minuman, lalu menenggaknya dengan semangat bergejolak.
Seperti biasa, saat Sintia sedang mengambil napas, sekadar menyiapkan diri untuk musik berikutnya, para lelaki berkerumun mengelilinginya. Ada enam pria yang siap membawanya bersenang-senang di dunia yang—sungguh nikmat baginya.
"Sintia, mari tidur bersamaku. Aku baru saja gajian, uangku banyak. Berapa yang kamu inginkan, Sayang?"
Sintia hanya tersenyum getir mendengar tawaran lelaki hidung belang yang berdiri di depan mejanya. Semua lelaki di tempat ini seperti yang Sintia tahu adalah hewan buas. Mereka ini domba bernafsu. Sintia tak bermaksud memberikan kemolekan tubuhnya pada lelaki-lelaki di hadapannya, meskipun uang mereka banyak. Untuk apa? Uang bisa dia cari dengan bekerja. Toh, dia itu model. Satu kali pemotretan, bisa dapat uang. Sayangnya, sudah sebulan lebih dia tidak dipanggil fotografernya. Jadi, keuangan Sintia benar-benar menipis. Meski begitu, tak ada niatan untuk menghemat atau mencari pekerjaan lain. Dua hal ini sungguh merepotkan baginya.
"Delapan puluh juta. Mampu, nggak?"
Sintia tidak serius. Dia hanya berusaha agar para lelaki itu mundur mengajaknya tidur dan menikmati malam yang panjang dengan luapan nafsu yang membuncah.
"Delapan puluh juta?! Kamu gila?! Udah kayak artis aja harga segitu."
"Terserah. Aku nggak peduli kalian mau atau nggak. Yang jelas, minggir kalian semua. Melihat kalian aja bikin eneg."
Para lelaki yang mengaku pencinta wanita ini segera menyingkir sambil melengos. Sejak lama mereka mengincar Sintia, ingin menikmati tubuh yang kata orang mirip seperti gitar Spanyol. Kenyataannya, bibir tipis kemerahannya saja tidak bisa didapatkan, apalagi setiap bagian dari tubuhnya yang lebih banyak mengundang nafsu.
Namun, uang yang berbicara. Meski sadar Sintia tidak serius dengan perkataannya, para lelaki itu memilih mundur dan merencanakan sesuatu yang lain, terutama si lelaki berambut keriting yang sekian tahun hanya bisa menelan saliva saat memandangi tubuh Sintia yang dibalut pakaian seksi: gaun tanpa lengan di atas lutut, otomatis menampilkan putih bersih pahanya. Tidak lupa, bagian menonjol di depan terlihat menyeruak. Bagaimana mungkin lelaki akan tahan melihatnya? Ada, tetapi hanya mereka yang punya iman kuat.
Kali ini, Sintia tidak tahan untuk terus menggerakkan tubuh sementara kepalanya terasa ditimpuk batu raksasa. Karena itu, Sintia pun memilih pulang saat jarum jam di tangan kanannya menunjukkan angka tiga.
Sintia lebih mirip seperti bidadari daripada iblis, tetapi sifatnya sama sekali tidak seperti bidadari-bidadari dalam dongeng. Ah, dia pun tidak pernah menginginkan menjadi seperti bidadari. Yang dia mau hanya uang agar cepat-cepat mengirimnya ke kampung untuk biaya SPP sekolah adiknya yang telah dia tunggak selama sebulan.
Pikiran yang merajai kepalanya saat ini adalah bagaimana caranya untuk mendapatkan uang dengan cara cepat. Bekerja tidak mungkin, akan memakan waktu. Maling pun tidak mungkin karena Sintia tidak ahli melakukannya. Dirinya yang lain memberikan satu pilihan, yaitu menjual diri. Akan tetapi, dirinya yang lain juga melarang. Dia sangat tidak suka disentuh laki-laki, apalagi laki-laki yang tidak dia cintai.
Sintia melewati sebuah pohon beringin raksasa di makam yang terkenal berusia paling tua saat melewati perkampungan. Dia berhenti tatkala mengingat mitos yang selalu dibicarakan teman-temannya mengenai pohon ini. Teman Sintia pernah bercerita bahwa pohon beringin yang tingginya mencapai lima puluh meter ini dapat mengabulkan permintaan siapa saja dengan cara memberikan kemenyan dan beberapa persembahan lainnya.
Ide melintas di jalur pikiran Sintia. Dia berniat meminta bantuan pada pohon beringin raksasa. Namun, dia tidak membawa kemenyan dan persembahan lain untuk digunakan memanggil penunggu pohon tersebut. Meski begitu, Sintia bersikeras dan mencoba-coba; siapa tahu berhasil.
Dengan langkah yang sangat hati-hati, hampir derap sepatu hak tingginya tak terdengar. Sintia menarik napas dalam saat tiba di pohon. Ditatapnya bagian atas pohon yang begitu gelap; banyak ditumbuhi oleh tumbuhan parasit.
Tidak ada rasa takut, yang ada hanya rasa tidak sabar jika dia benar-benar berhasil mendapatkan uang setelah meminta bantuan pada pohon ini. Pikiran orang susah seperti Sintia kadang tidak waras. Namun, siapa yang akan disalahkan? Jika dia sudah berkeinginan menduakan Tuhan karena tak percaya lagi bisa membantunya menyelesaikan segala masalah, maka dia jadi tak waras dan berpenyakit hati. Segala hal jadi masuk logika meskipun sebenarnya sangat sulit diterima akal sehat jikalau sebuah pohon dapat membantu manusia.
Setelah berhasil menarik napas yang cukup dalam sambil menahan getaran rasa takut yang mulai datang, Sintia memulai komunikasinya dengan pohon, atau lebih tepat penunggu pohon: makhluk tak kasat mata.
"Pohon. Katanya kamu bisa mengabulkan keinginan semua orang. Bagaimana caranya? Apa yang harus dilakukan?"
Sintia memang tipikal orang yang tidak suka basa-basi. Jika dia seorang pemanah, dia lebih suka menembak tepat ke jantung atau kepala musuh.
Lolongan anjing menjadi respons atas pertanyaan Sintia. Tak sedikit pun pohon berbicara atau sekadar melambai-lambaikan cabang dan rantingnya. Sintia mulai mengulang pertanyaan, bahkan sampai tiga kali berturut-turut pun tak ada jawaban. Sintia hanya tersenyum getir sambil berpikir bahwa dirinya telah menjadi gila karena uang.
Baru saja Sintia akan melangkah, asap tak berbau muncul mengelilingi pohon ini dari bangunan tua di dalam makam. Sintia dengan wajah heran terdiam melihat asap itu terus mengalir dari sana, seolah melawan hukum alam: tak akan ada asap bila tak ada api. Bisa dibilang yang dilihat Sintia kali ini bukanlah fenomena alam yang bisa dinalar akal.
Keringat dingin mulai membasahi dahi dan leher Sintia. Padahal keringat sehabis berjoget ria di kelab baru saja kering, sekarang justru basah lagi. Mata sipitnya membulat sempurna. Terakhir, yang bisa dilakukan Sintia hanya menelan saliva. Kedua kakinya tak dapat bergerak sesuai kehendak, seolah ada yang menahannya di sana.
Asap yang terkumpul pada awalnya mengelilingi pohon langsung membentuk sesuatu. Meski sedang diselimuti rasa takut, Sintia tak sabar melihat akan jadi apa asap itu. Prosesnya berlangsung cukup lama. Suasana kelam semakin pekat setelah sebuah suara sesuatu membentur benda lainnya. Hadir juga suara pintu tua yang terbuka, lalu ditutup lagi.
Terakhir, tempat Sintia berada berubah gelap yang teramat. Dia tidak bisa melihat apa pun, bahkan melihat dirinya sendiri pun tak bisa dilakukan.
Sintia berusaha menggerakkan tangannya, tetapi dia merasa tak mampu seolah ada yang mengikat. Dia jadi sadar akan posisinya: tidak terasa berdiri seperti yang dia lakukan sebelumnya. Dia seperti berbaring di sebuah ranjang, dapat Sintia rasakan di bawah punggungnya adalah kasur yang tidak cukup empuk memberikan tempat berbaring bagi tubuhnya.
Gelap yang menelungkup seluruh tempat mulai hilang ditelan cahaya, perlahan. Mata Sintia pun dapat melihat kembali, tetapi benar dugaannya bahwa dia sedang berbaring di sebuah ranjang kayu tua dengan tangan yang diikat. Sintia membelalak saat setelahnya menyadari berada di gubuk reyot seperti yang ada di dalam makam.
"TOLONG!"
Meski belum sepenuhnya yakin berada di bangunan yang ada di makam itu, Sintia berpikir tidak seharusnya berada di sana. Dia harus keluar dan tidak peduli bagaimana dia bisa berada di tempat itu.
Bau anyir menyengat menggelitik lubang pernapasan Sintia hingga membuatnya terbatuk-batuk dan mual. Sintia jadi tak bisa berteriak. Lalat-lalat dan kecoa memenuhi ruangan kumuh. Dinding-dindingnya kotor dan dipenuhi bercak darah.
"Siapa ... aja, tolong." Suara Sintia semakin lirih karena bau bangkai yang merusak pernapasan.
Tak berselang lama, sesosok makhluk bergerak pelan, masuk ke ruangan. Makhluk dengan jubah hitam; tertunduk. Degup jantung yang memberontak adalah penolakan Sintia terhadap apa yang dia alami saat ini. Meskipun tidak dapat dipercaya, tetapi sensasi itu nyata dan benar adanya. Tampak jelas di netra. Makhluk itu berhenti setelah berada di depan ranjang. Suara Sintia mendadak hilang saat makhluk ini mengangkat kepala dan kedua matanya menggantung hingga dagu. Darah mengalir bercucuran. Angin yang entah datang dari mana menyingkap tudung yang dikenakan sang makhluk, terlihatlah batok kepalanya terkelupas.
Sintia muntah di tempat tanpa menahan diri. Dan tanpa pernah diduga sebelumnya, makhluk ini menunggangi Sintia seolah kuda. Apa yang berusaha dia lakukan? Mungkin sesuatu yang tidak terduga lainnya.
Sintia bersikukuh melepaskan diri, melepaskan tangannya yang sedang diikat pada ranjang. Namun, erat dan sangat keras kain yang mengikatnya. Bahkan semili pun Sintia tak dapat menggeser kakinya karena diikat sama kuat seperti tangannya.
"Le ... paskan!"
Sang makhluk menggerayangi tubuh Sintia, mencabik-cabik gaunnya dengan kuku yang tajam dan panjang. Dia seolah singa buas yang berhasil menangkap mangsa. Sintia adalah mangsanya. Yang diincar makhluk itu adalah tubuh Sintia. Tak dapat melawan, tak kuasa menahan, Sintia tak sadarkan diri.
-II-

CERITA HOROR | SESAJEN




#Sesajen
oleh Annissa

Keesokan paginya aku demam suhu tubuh ku naik.
aku lemas bagai orang tak berdaya dan aku hanya rebahan dikasur.
bagaimana tidak? berpapasan dengan makhluk halus sedekat itu sedetail itu sangat jelas bagaimana bentuk wajahnya bahkan masih terngiang di pikiran ku.
Lalu aku menelepon sasha dan pihak rumah sakit bahwa aku tidak masuk bekerja dikarenakan sakit.
sasha langsung panik dan ijin tidak masuk kerja demi merawat ku.
beberapa saat kemudian akhirnya Sasha tiba di apartemen ku karena aku pernah memberikan salah satu kunci apartemen ku jadi sasha bisa langsung masuk tanpa perlu aku membukakan pintu terlebih dahulu. sasha langsung menghambur kearah ku dan memelukku erat.
"Sayang aku khawatir banget waktu kamu ngabarin aku kalo kamu sakit , " Sasha memelukku sambil menangis.
"Sayang aku gapapa kok cuma demam biasa, " Aku mencium kening Sasha berusaha menenangkan nya agar tidak menangis lagi, bagaimana pun aku tidak tega melihat wanita menangis.
Setelah cukup tenang sasha memegang erat tangan ku dan menatap ku sendu.
Lalu Sasha mengompres kening ku dan membuatkan aku bubur di dapur.
Sasha kembali dengan nampan berisi bubur, susu,air putih hangat dan obat ditangan nya. Kemudian sasha mulai menyuapi aku layak nya seorang bayi dan memberikan ku obat.
Setelah itu aku menceritakan kepada Sasha soal apa yang terjadi padaku, sasha pun terkejut dan pucat pasi serta panik melihat ku.
"Sayang kenapa tadi malem ngga hubungin aku sih, kalo kamu kenapa napa gimana kamu tau ga sih betapa cemas nya aku? ." Sasha kembali menangis dan memelukku.
"Aku gapapa sayang aku cuma kaget aja mungkin makanya aku sampe sakit begini. " ucapku menenangkan Sasha dan membelai rambutnya.
"Sayang temen aku punya kenalan seorang dukun dia pasti bisa ngatasi hal seperti ini, kita kesana sekarang ya biar aku yang nyetir ."sasha menatap ku penuh harap sambil menggengam erat tanganku.
Karena tidak ingin membuat Sasha khawatir aku pun mengikuti apa keinginan nya agar dia tidak cemas lagi.
Aku dan sasha pergi menuju rumah mbah darno dukun yang dibilang Sasha.
rumah nya lumayan masuk ke pedalaman dan melewati hutan yang sunyi dan senyap jauh dari rumah penduduk.
Ketika aku dan Sasha sampai kami disambut dengan anak laki laki kecil berusia sekitar 5 tahun dengan rambut panjang dan keriting , kantung matanya menghitam seperti tidak pernah tidur wajah nya pucat dan tanpa senyuman dia menyambut kami.
" Hai dik, apa mbah darmo nya ada? ."tanya sasha dengan seulas senyuman
" Mbah darmo nya ada di dalem ada kepeluan apa? . "jawab anak kecil itu ketus dan tanpa ekspresi.
Tiba tiba dari dalam rumah keluar sosok lelaki tua dengan rambut dan janggut yang sudah memutih menggunakan tongkat nya.
" Hei ratur ojo kaya ngono sing mbok lakoni ora apik karo wong liya! Aku ora nate mulang kowe kaya ngono.
( hei ratur jangan seperti itu yang kamu perbuat itu tidak baik kepada orang lain! aku tidak perna ngajarin kamu seperti itu)
" Bentak lelaki tua itu sepertinya dia mbah Darmo " Batinku.
Anak kecil itu menunduk seperti ketakutan dan berjalan mundur menjauhi kami bertiga.
"Maafkan anak itu ya memang tidak memiliki sopan santun, ayo silahkan masuk. " Ucap mbah Darmo pada kami.
"Iya tidak apa mbah namanya juga anak kecil, " Tukas ku sambil mengulum senyum.
Kemudian mbah darmo mempersilahkan kami masuk ke rumah nya, rumah yang terbuat dari kayu dan lantai yang masih terbuat dari tanah sangat sederhana.
Saat kami memasuki rumah nya ada banyak patung, kendi dan bunga juga lilin yang menyala.
Setelah itu kami dipersilahkan duduk di tempat yang sudah ada karpet merah sebagai alas nya dan meja sebagai pembatas antara kami dan mbah Darmo. tidak lupa ada berbagai bunga macan kera, kantil melati, lilin, kain putih,kendi, kemenyan dan juga dupa.
Lalu kami menjelaskan apa tujuan kami datang kemari,
Kemudian mbah Darmo berkata bahwa makhluk halus itu menyukai ku dan akan terus mengganggu ku sebelum aku menjadi miliknya dan ikut bersama ke alam nya.
Sasha yang mendengar itu pun terkejut dan hampir menangis kalau saja aku tidak menahan nya.
Kemudian mbah darmo memberikan aku sebuah kendi kecil dan mengatakan dengan bahasa Jawa, ya kebetulan aku orang Jawa jadi aku mengerti beda dengan Sasha yang tidak mengerti bahasa Jawa.
"Iki minangka penawaran sing dakwenehake, tulung digunakake miturut apa sing dakkandhakake, muga-muga bisa nyingkirake demit sing ngganggu sampeyan.
(Ini penangkal yang aku kasih sama kamu, tolong digunakan sesuai yang aku kasih tau, semoga bisa menghilangkan makhluk halus yang mengganggu kamu) " Ucap mbah darmo sembari memberikan kendi yang terbuat dari tanah liat itu kepadaku.
"Matur suwun, mbah sampun nulungi kula, kula mboten saged lan mboten ngertos menawi mboten pinanggih ing ngriki, matur nuwun sampun nulungi kula, muga-muga bisa ngilangi semangat kasebut
(Terimakasih, mbah sudah menolong aku, aku tidak bisa dan tidak tau gimana kalo aku tidak bertemu kamu di sini, makasih sudah nolong aku semoga bisa menghilangkan makhluk halus itu.) " Jawabku berterimakasih sambil menerima kendi pemberian mbah darmo.


-

CERITA HOROR | KUNTILANAK TERUSIL #PART4

 

part #4
            Dan pas datang bulan itu, malem-malemnya gua di tindih, dan pas pagi gua selalu bilang ke nyokap gua. Nyokap gua langsung panik, soalnya kemaren dia baru dapet cerita dari tetangga, kalo di komplek sebelah itu ada kasus kejadian yang sama— ditindih mahluk halus gitu— dan akhirnya hamil anak gendoruwo dan hanya bisa di liat sama orang kemampuan khusus aja, dan ujung-ujungnya meninggal.
Oke, back to topic, back to me.
Dan nyokap gua bilang gini, "oke, kita harus panggil ustadz atau kiyai, takut kenapa-napa."
"Tapi, apa Papa setuju, Mam?" Gua sedikit ragu sama bokap gua sih, soalnya pemikiran dia itu logic banget.
Akhirnya pas abis magriban gua sama nyokap gua bilang sama bokap gua.

            "A, setannya wujudnya apaan sih?"
Terus apa gua sambil sarapan di meja makan kan ya, jadi jawabnya santai aja.
"Biasa, kuntilanak."
Gua ngangguk, terus nanya lagi.
"Gua kan gak ada salah ya, A. Gua jarang keluar rumah, terus sopan kalo kemana-mana, ini setan datengnya dari mana sih?"
"Kata mas Tadin, dari sini-sini aja, ga jauh lah."
"Dimana?" Gua saking keponya sampe-sampe nanya ini berkali-kali.
"Dari ruang tamu, depan tv Papa, dapur Mama, terus wc."
Ya, emang itu wilayah setannya ya guys, dia ga berani masuk ke ruang keluarga, tapi anehnya bisa masuk ke kamar gua. Tapi kalo di pikir-pikir sih, kamar gua itu di depan, jendela langsung ke arah teras sama halaman and garasi.
"Terus ada hubungannya sama kamar?"
"Enggak lah, dia jahil aja, pantes lu pernah cerita ke gua kalo lu mimpi ngeliat kuntilanak di wc, emang tempatnya di situ lah anjir."
"Wah
keren
anjir, bisa-bisanya penunggu rumah sendiri. Jahil ya, A? Tapi engga jahat?"
"Kalo ga jahat ngapain jahilin lu selama dua tahun, dodol."
Ya gua kalo sama aa gua emang gini ya guys ngobrolnya, so wajar aja dah.
Dan buat kuntilanak penunggu rumah, dia katanya udah ilang. Tapi gatau bakal hilang beneran atau balik lagi. Dan gua inget sesuatu guys, kalo dulu pas masih sd kelas 3 sd, ternyata gua pernah liat kuntilanak. Dan gua yakin banget kalo kuntilanak ini adalah kuntilanak yang sama, sama kek yang ganggu gua.
    
part #5
        Gua mau tuntasin aja dah cerita gua. Dan ini tentang kuntilanak yang ganggu gua. Gua udah feeling sih kalo ini kuntilanak di rumah.
    Dulu banget pas gua masih kelas 3 sd, gua waktu itu umur 8-9 tahun lah ya, belom paham apa-apa.
    Dulu itu gua suka banget kan nonton tv, ada acara kartun gitu, dan akhirnya gua ketiduran di ruang keluarga, di ruang keluarga gua itu kan ada kasur juga, ada sofa juga, jadi tidur di sono aja. Tenang, gua engga sendiri, gua di temenin nyokap gua sama ade gua. Kita males pindah ke kamar masing-masing sih.
    Dan akhirnya gua tiba-tiba bangun tengah malem, semua gelap soalnya lampu di matiin. Eh taunya gua udah ada di kolong meja makan. Heran? Apa gua di pindahin jin? Engga sih, gua tidurnya nakal dulu, kebetulan juga ruang keluarga sama ruang makan deket banget jadi gitu lah ya.
    Oke, back to topic. Dan itu kondisinya gelap ya kan, gua juga masih rebahan gitu, masih merem melek, eh taunya pala gua ngarah ke pintu dapur, jauh sih pintunya tapi keliatan karna lampu dapurnya hidup.
    Mata gua masih burem-burem gitu kan, dan akhirnya gua melek beneran, ada putih-putih di depan pintu dapur, rambutnya panjang, terus lumayan tinggi sih. Gua yakin bukan imajinasi, gua udah kedip berkali-kali. Dan akhirnya gua merem lagi, terus badan gua, gua geser-geser sampe ke depan tv. Lucu sih, pagi-paginya gua gak ngeri cuma heran aja sih.    
    Lagian gua tidur nakal banget, kesana-kemari. Dan sekarang gua yakin kalo yang ganggu itu ternyata mahluk yang sama yang ganggu gua pas kelas 8 sampe kelas 10 sekarang. Dan fyi, guys, gua di bersihin dari tu kuntilanak baru dua minggu yang lalu, jadi gua fresh banget bebasnya, Alhamdulillah

Palembang, 2021
terimakasih cerita kiriman oleh Riskiyah Kiya

CERITA HOROR | KUNTILANAK TERUSIL #PART3

 

part #3
        Akhirnya gua ngerasa tuh Om yang gua mintain tolong engga mau ngambil pusing. Oke, gak tau kenapa pas malem-malem, aa gua balik dari rumah temennya, dan tiba-tiba nanya gini ke gua.
"Mbak, apa kata Om Kardi?"
Gua geleng aja, "Apaan dah, gua cuma di suruh tidur benar-benar, gak ada tuh masukan laen."
Yauda gua cerita-cerita lah ya sama aa gua sama nyokap gua, keluarga gua emang abis magriban pasti ada sesi sharing story gitu. Dan akhirnya aa gua bilang gini.
"Tar abis isya Mas Tadin mau ke sini, tenang, tar di sembuhin."
Gua tau sih temennya aa gua ini emang bisa liat, tapi ragu juga apa emang bisa sembuhin gitu, soalnya setau gua dia ntu kek b aja gitu. Gak lama kemudian pas abis isya, Si Mas Tadin ini datang ke rumah, sekalian maen sama aa gua, temen satu komplek gitu lah ya.
Terus masuk, maen dan ngobrol sama aa gua. Dan akhirnya gua di panggil keluar kamar, gua sih santai aja, sambil bawa hp chatingan sama temen.
Pas muka Mas nya udah serius gua mulai serius. Dia ada ketawa kecil kek cewe dan matanya itu merem, dan gua yakin dia lagi komunikasi sama tu setan. Terus dia ngomong ke gua.
"Ki, cewe kan?"
Gua ngangguk, nyokap gua pegangin pundak gua, sambil di usap-usap gitu buat nenangin, biasalah emak-emak.
"Mukanya hancur kan?"
Gua ngangguk, dan seketika merinding, dan gak tau kenapa tiba-tiba netes air mata gua. Gua ga ada emosi apapun gak ada takut sama sekali tapi pas merinding gua langsung nangis, netes aja air mata.
"Gapapa, Ki. Gapapa."
Oke udah tenang, gua nanya ke mas nya. "Dia mau ngapain ke sini?"
Mas nya santai aja, "biasalah, cuma mau ngajak maen aja, gapapa-gapapa."
Oke gua juga orangnya gak banyak tanya, akhirnya gua di kasih aer garem yang udah di bacain mantra sama doa-doa.
Dan gua tidur kayak biasa aja, gak ada tuh namanya ketindihan lagi. Tapi gua rada kepo sama tujuan ni setan.       
            Singkat cerita, gua naik ke kelas 9, dan alhamdullilahnya pas kelas sembilan smp, gua ga terlalu sering di gangguin, cuma kayak sebulan itu dua kali aja, tapi pas di kelas sembilan ini lah gua di tindih lama bgt, sampe-sampe gua tau siapa pelaku utamanya, bukan manusia pastinya, dia setan.
Gua ngeliat pas gua ketindihan itu, dia setan gak tau cewe apa cowo tapi rambutnya panjang, bajunya putih dan dia pas itu langsung nampakin mukanya di depan mata gua banget. Hancur mukanya, busuk gitu, serem. Tapi gua burem-burem liatnya. Gua gak takut tapi gua gemes aja sama mulut gua yang ga bisa keluarin suara. Dan gua coba ngobrol lewat batin.
Gua tetep natap mukanya, kayak face to face gitu, dan dalem hati gua gini, "Mau apa lu? Siapa nama lu , ha?!"
Dia ada bilang sesuatu gitu, dia ngomong pas itu, dan suaranya bukan kayak setan bukan kayak hewan, bukan kayak manusia, aneh banget dan susah buat di ungkapin. Dan akhirnya gua sadar, tapi gua lupa siapa nama dia, dia bilang tadi pas waktu ketindihan tapi gua ga inget barang sedikit aja. Dan gua kesel di situ sih.
Lama kelamaan, gua semakin jarang di gangguin, mungkin cuma sebulan sekali dia dateng dan nindih gua, terutama pas gua lagi datang bulan.

Palembang, 2021
terimakasih cerita kiriman oleh Riskiyah Kiya

CERITA HOROR | KUNTILANAK TERUSIL #PART2

 

part #2
            Oke, pas abis subuhan, gua coba ngomong sama nyokap gua dan aa gua, gua sih biasa aja pas cerita ya, tapi nyokap gua kayak langsung khawatir dan gua di suruh tingkatin ibadah. Gua pribadi sih, mikirnya gua ini mungkin kurang kuat ibadahnya. Oke, gua bersikap normal kayak biasanya, but, guys si setan ini hampir tiap malem datengin gua sampe-sampe gua agak ragu buat tidur.
Dan ya, gua coba pindah posisi tidur. Fyi, aja sih gua tidur emang sesuai sama anjuran nabi, jadi gua juga heran, gua gak ada salah apa-apa kan?
Dan hebatnya gua ngga selalu di tindih pas malem, gua suka di tindih pas tidur siang juga dan durasinya lumayan lama.
Oke, gua udah biasa gitu, dan kalo di datengin selalu doa aja. Dan ada masanya gua waktu itu tidur di kamar aa gua, dan gak ada tuh gua di gangguin. Oke, fiks setannya ada di kamar gua, dan pastinya gua mikir gitu kan ya. But, i'm wrong guys. Gua tidur siang di kamar aa gua dua hari kemudian, eh gua kena lagi, di ganggu lagi. Dan gua pastinya mikir gini, fiks ada sesuatu yang aneh sama gua, ya kan? Gua berfikir secara logika lagi, tetep mentingin logika dan psikologis. Fyi, gua emang suka baca-baca psikologis gitu, dan dalam ilmu psikis itu adalah pemikiran kita doang. Gua berharap gitu sih, tapi nyatanya engga, sepanjang kelas 8 smp gua di hantuin lewat mimpi dan ketindihan, dan di sini posisinya gua belom tau siapa, bentuk ataukah gender si hantu ini
           Dan singkat cerita lagi, gua cerita pengalaman gua ke temen gua yang emang bisa liat dan paham begituan. Panggil aja namanya Iki, mulanya gua gak tau dia bisa liat, dan pas dia cerita ke gua, gua langsung aja cerita sama dia. Semuanya gua ceritain aja.
"Tenang aja, Ki, mungkin kuntilanak, kalo kuntilanak itu ga kuat bawa nyawa manusia, yakin deh sama gua." Fyi, gua sma dia sama-sama manggil 'Ki' gitu jgn heran ya, kebetulan aja sama.
"Iya sih, gua engga takut, cuma deg-degan aja gitu."
"Ya kalo lu di tindih lagi, ikut alur aja, ikut maunya dia apa, jangan di lawan."
"Iya, gua selalu gitu," gua bilang gitu.
Dan akhirnya sekitar seminggu kemudian gua di tindih lagi, dan dua bulan kemudian nih setan makin sering kan ya. Dan gua tambah ngeri pas temen gua yang laen yang notabennya bokapnya itu ternyata orang pinter.
"Kata bokap gua, lu kudu di bersihin."
"Ruqiyah?"
"Bukan, di bersihin."
Oke, gua paham, ini perlu orang pinter, dan gua inget kalo tetangga gua itu ada yang bisa gini-ginian. Oke lah, gua niatnya nemuin dia di mesjid habis solat nanti.
Dan nyatanya engga ada hasil yang berarti banget. Gua awalnya nanya gini.
"Om, bisa bantu ga?"
"Bantu apa?"
Dan gua mulai cerita dari awal sampe akhir, katanya gini.
"Kamu ubah posisi tidur kamu, baca doa terus aja."
"Udah Om, tapi kenapa masih di ganggu."
"Coba aja dulu, banyak-banyak doa, kita liat gimana, kalo masih di ganggu, baru kasih tindakan."

Palembang, 2021
terimakasih cerita kiriman oleh Riskiyah Kiya

CERITA HOROR | LOVE STORY (PART 5)

 



#𝙡𝙤𝙫𝙚𝙨𝙩𝙤𝙧𝙮𝙝𝙤𝙧𝙤𝙧

cerita kiriman dari  : Dwi Putri Anjani

"𝙺𝚒𝚝𝚊 𝚍𝚒𝚜𝚒𝚗𝚒 𝚍𝚒 𝚋𝚊𝚠𝚊 𝚜𝚊𝚖𝚊 𝚖𝚎𝚛𝚎𝚔𝚊 𝚊𝚋𝚊𝚗𝚐 𝚕𝚘 𝚜𝚎𝚔𝚊𝚛𝚊𝚗𝚐 𝚍𝚊𝚕𝚊𝚖 𝚋𝚊𝚑𝚊𝚢𝚊 𝚔𝚒𝚝𝚊 𝚑𝚊𝚛𝚞𝚜 𝚗𝚢𝚎𝚕𝚊𝚖𝚎𝚝𝚒𝚗 𝚊𝚋𝚊𝚗𝚐𝚕𝚞 𝚍𝚊𝚗 𝚜𝚎𝚔𝚊𝚛𝚊𝚗𝚐 𝚔𝚒𝚝𝚊 𝚊𝚍𝚊 𝚍𝚒 𝚊𝚔𝚊𝚗 𝚖𝚎𝚛𝚎𝚔𝚊 𝚔𝚊𝚕𝚘 𝚕𝚞 𝚕𝚒𝚊𝚝 𝚜𝚎𝚝𝚊𝚗 𝚖𝚎𝚗𝚍𝚒𝚗𝚐 𝚕𝚞 𝚍𝚒𝚎𝚖 𝚓𝚊𝚗𝚐𝚊𝚗 𝚗𝚐𝚘𝚖𝚘𝚗𝚐 𝚊𝚙𝚊² 𝚘𝚔"
"𝚈𝚊 𝚌𝚒𝚗 𝚋𝚎𝚛𝚊𝚛𝚝𝚒 𝚗𝚊𝚗𝚝𝚒 𝚐𝚠 𝚔𝚎𝚝𝚎𝚖𝚞 𝚊𝚖𝚊 𝚜𝚎𝚝𝚊𝚗 𝚍𝚘𝚗𝚔 𝚌𝚒𝚗? "
"𝚈𝚊, 𝚕𝚊𝚑 𝚔𝚊𝚗 𝚔𝚒𝚝𝚊 𝚋𝚞𝚔𝚊𝚗 𝚍𝚒 𝚊𝚔𝚊𝚗 𝚔𝚒𝚝𝚊 𝚍𝚊𝚗 𝚍𝚎𝚗𝚐𝚎𝚛𝚒𝚗 𝚐𝚠 𝚜𝚎𝚖𝚊𝚔𝚒𝚗 𝚜𝚎𝚛𝚎𝚖 𝚋𝚎𝚗𝚝𝚞𝚔 𝚝𝚞 𝚖𝚊𝚔𝚑𝚕𝚞𝚔 𝚜𝚎𝚖𝚊𝚔𝚒𝚗 𝚕𝚎𝚖𝚊𝚗 𝚍𝚒𝚊 𝚍𝚊𝚗 𝚜𝚎𝚌𝚊𝚗𝚝𝚒𝚔 𝚝𝚞 𝚖𝚊𝚔𝚑𝚕𝚞𝚔 𝚜𝚎𝚖𝚊𝚔𝚒𝚗 𝚔𝚞𝚊𝚝 𝚍𝚒𝚊 𝚓𝚊𝚍𝚒 𝚢𝚐 𝚕𝚞 𝚑𝚊𝚛𝚞𝚜 𝚝𝚊𝚔𝚞𝚝𝚒 𝚒𝚝𝚞 𝚢𝚐 𝚋𝚎𝚗𝚝𝚞𝚔𝚗𝚢𝚊 𝚞𝚝𝚞𝚑 𝚋𝚞𝚔𝚊𝚗 𝚢𝚐 𝚜𝚎𝚛𝚊𝚖 𝚍𝚎𝚗𝚐𝚎𝚛 𝚐𝚊𝚔? "
"𝙸𝚢𝚊 𝚒𝚑 𝚗𝚐𝚎𝚐𝚊𝚜 𝚊𝚖𝚊𝚝"
𝙶𝚔 𝚕𝚊𝚖𝚊 𝚐𝚠 𝚊𝚖𝚊 𝚌𝚒𝚗𝚝𝚊 𝚍𝚎𝚗𝚐𝚎𝚛 𝚜𝚞𝚊𝚛𝚊 𝚢𝚊 𝚜𝚞𝚊𝚛𝚊 𝚝𝚊𝚗𝚝𝚎 𝚔𝚞𝚗𝚝𝚒 𝚜𝚒𝚊𝚙𝚊 𝚕𝚊𝚐𝚒 𝚌𝚘𝚋𝚊 𝚔𝚊𝚕𝚘 𝚋𝚞𝚔𝚊𝚗 𝚍𝚒𝚊 𝚢𝚊𝚔𝚊𝚗
"𝙽𝚓𝚒𝚛 𝚊𝚍𝚊 𝚔𝚞𝚗𝚝𝚒:("
"𝚈𝚊 𝚕𝚎𝚡𝚡 𝚕𝚞 𝚜𝚒𝚊𝚙²𝚢𝚊 "
"𝙱𝚞𝚊𝚝 𝚊𝚙𝚊 𝚌𝚒𝚗 𝚔𝚘𝚔 𝚐𝚠 𝚜𝚒𝚊𝚙2"
"𝙺𝚊𝚗 𝚐𝚠 𝚞𝚍𝚑 𝚋𝚒𝚕𝚊𝚗𝚐 𝚔𝚊𝚕𝚘 𝚛𝚞𝚙𝚊 𝚝𝚞 𝚖𝚊𝚔𝚑𝚕𝚞𝚔 𝚓𝚎𝚕𝚎𝚔 𝚋𝚎𝚛𝚊𝚛𝚝𝚒 𝚍𝚒𝚊 𝚕𝚎𝚖𝚊𝚑 𝚔𝚊𝚕𝚘 𝚜𝚎𝚋𝚊𝚕𝚒𝚔𝚗𝚢𝚊 𝚍𝚒𝚊 𝚔𝚞𝚊𝚝"
𝙶𝚔 𝚕𝚊𝚖𝚊 𝚔𝚎𝚕𝚞𝚊𝚛 𝚝𝚞 𝚖𝚊𝚔𝚑𝚕𝚞𝚔 𝚍𝚊𝚗 𝚒𝚗𝚒 𝚖𝚊𝚔𝚑𝚕𝚞𝚔 𝚌𝚊𝚗𝚝𝚒𝚔 𝚋𝚎𝚝 𝚢𝚊 𝚊𝚙𝚞𝚗 𝚐𝚠 𝚜𝚊𝚖𝚙𝚎 𝚝𝚎𝚛𝚘𝚎𝚜𝚘𝚗𝚊
𝚄𝚊𝚑𝚊𝚑𝚊𝚑𝚊𝚑𝚊𝚑
𝙳𝚊𝚗 𝚐𝚔 𝚕𝚊𝚖𝚊 𝚜𝚎𝚝𝚎𝚕𝚊𝚑 𝚖𝚞𝚗𝚌𝚞𝚕 𝚒𝚝𝚞 𝚖𝚊𝚔𝚑𝚕𝚞𝚔 𝚕𝚊𝚗𝚐𝚜𝚞𝚗𝚐 𝚗𝚢𝚎𝚛𝚊𝚗𝚐 𝚌𝚒𝚗𝚝𝚊 𝚌𝚒𝚗𝚝𝚊 𝚋𝚒𝚕𝚊𝚗𝚐 𝚔𝚎 𝚐𝚠
"𝙻𝚎𝚡, 𝚖𝚒𝚗𝚐𝚐𝚒𝚜 𝚒𝚗𝚒 𝚞𝚛𝚞𝚜𝚊𝚗 𝚌𝚠𝚎𝚔 𝚊𝚠𝚊𝚕 𝚕𝚞"
"𝚈𝚊 𝚌𝚒𝚗 𝚐𝚠 𝚙𝚑𝚊𝚖"
"𝙱𝚊𝚛𝚊𝚗𝚒𝚗𝚢𝚊 𝚕𝚞 𝚌𝚞𝚕𝚒𝚔 𝚊𝚋𝚊𝚗𝚐 𝚐𝚠 𝚔𝚎𝚖𝚋𝚊𝚕𝚒𝚒𝚗 𝚐𝚊𝚔" 𝚁𝚒𝚋𝚞𝚝 𝚌𝚒𝚗𝚝𝚊 𝚊𝚖𝚊 𝚝𝚞 𝚖𝚊𝚔𝚑𝚕𝚞𝚔

CERITA HOROR | LOVE STORY (PART 7)

 



#𝙡𝙤𝙫𝙚𝙨𝙩𝙤𝙧𝙮𝙝𝙤𝙧𝙤𝙧

cerita kiriman dari  : Dwi Putri Anjani

"𝘽𝙚𝙧𝙖𝙧𝙩𝙞 𝙙𝙞𝙖 𝙨𝙪𝙠𝙖 𝙥𝙖𝙙𝙖𝙠𝙪 𝙬𝙖𝙠𝙩𝙪 𝙖𝙠𝙪 𝙟𝙖𝙙𝙞 𝙢𝙖𝙣𝙪𝙨𝙞𝙖? 🙁"
"𝚈𝚊 𝚓𝚕𝚊𝚜 𝚠𝚊𝚔𝚝𝚞 𝚒𝚝𝚞 𝚕𝚞 𝚝𝚞 𝚗𝚢𝚊𝚖𝚊𝚛 𝚓𝚊𝚍𝚒 𝚖𝚊𝚗𝚞𝚜𝚒𝚊 𝚖𝚊𝚔𝚊𝚗𝚢 𝚊𝚋𝚗𝚐 𝚐𝚠 𝚖𝚊𝚞 𝚊𝚖𝚊 𝚕𝚞, 𝚍𝚒𝚑 𝚋𝚎𝚐𝚘 𝚋𝚊𝚗𝚐𝚎𝚝 𝚜𝚑 𝚓𝚊𝚍𝚒 𝚜𝚝𝚊𝚗🤣"
"𝘿𝙨𝙖𝙧 𝙠𝙪𝙧𝙖𝙣𝙜 𝙖𝙟𝙖𝙧 𝙖𝙬𝙖𝙨 𝙖𝙠𝙖𝙣 𝙖𝙠𝙪 𝙗𝙖𝙡𝙖𝙨 𝙥𝙚𝙧𝙗𝙪𝙖𝙩𝙖𝙣 𝙠𝙖𝙢𝙪 𝙝𝙞𝙝𝙞𝙝𝙞𝙝𝙞"
𝙶𝚔 𝚕𝚊𝚖𝚊 𝚜𝚒 𝚔𝚞𝚗𝚝𝚒 𝚒𝚕𝚊𝚗𝚐 𝚍𝚊𝚛𝚒 𝚙𝚊𝚗𝚍𝚊𝚗𝚐𝚊𝚗 𝚐𝚠 𝚓𝚞𝚐𝚊 𝚌𝚒𝚗𝚝𝚊
"𝚆𝚘𝚒 𝚌𝚒𝚗 𝚔𝚎𝚖𝚊𝚗𝚊 𝚜𝚒 𝚔𝚞𝚗𝚝𝚒 𝚝𝚛𝚞𝚜 𝚊𝚋𝚗𝚐 𝚐𝚠 𝚐𝚒𝚖𝚊𝚗𝚊? "
"𝚃𝚎𝚗𝚊𝚗𝚐 𝚊𝚋𝚗𝚐 𝚔𝚞 𝚙𝚊𝚜𝚝𝚒 𝚂𝚎𝚔𝚊𝚛𝚊𝚗𝚐 𝚕𝚊𝚐𝚒 𝚍𝚒 𝚞𝚖𝚙𝚎𝚝𝚒𝚗,𝚢𝚐 𝚔𝚒𝚝𝚊 𝚑𝚊𝚛𝚞𝚜 𝚕𝚊𝚔𝚞𝚔𝚊𝚗 𝚔𝚒𝚝𝚊 𝚑𝚊𝚛𝚞𝚜 𝚋𝚎𝚛𝚝𝚎𝚖𝚞 𝚍𝚎𝚗𝚐𝚊𝚗 𝚔𝚞𝚗𝚝𝚒 𝚒𝚝𝚞 𝚕𝚊𝚐𝚒 𝚊𝚙𝚊𝚙𝚞𝚗 𝚌𝚊𝚛𝚊𝚗𝚢"
𝙶𝚠 𝚙𝚞𝚗 𝚖𝚎𝚖𝚋𝚎𝚛𝚊𝚗𝚒𝚔𝚊𝚗 𝚍𝚒𝚛𝚒 𝚋𝚞𝚊𝚝 𝚓𝚊𝚍𝚒 𝚙𝚊𝚗𝚌𝚒𝚗𝚐𝚊𝚗 𝚐𝚠 𝚗𝚐𝚘𝚖𝚘𝚗𝚐 𝚊𝚖𝚊 𝚌𝚒𝚗𝚝𝚊
"𝙲𝚒𝚗 𝚋𝚒𝚊𝚛 𝚐𝚠 𝚊𝚓𝚊 𝚢𝚐 𝚓𝚊𝚍𝚒 𝚙𝚊𝚗𝚌𝚒𝚗𝚐𝚊𝚗 𝚜𝚞𝚙𝚊𝚢𝚊 𝚜𝚝𝚊𝚗 𝚒𝚝𝚞 𝚔𝚕𝚞𝚊𝚛 𝚐𝚠 𝚐𝚙𝚙 𝚔𝚘𝚔 𝚢𝚐 𝚙𝚎𝚗𝚝𝚒𝚗𝚐 𝚊𝚋𝚗𝚐 𝚐𝚠 𝚌𝚒𝚗"
"𝙻𝚞 𝚜𝚎𝚛𝚒𝚞𝚜 𝚖𝚊𝚞 𝚓𝚊𝚍𝚒 𝚙𝚊𝚗𝚌𝚒𝚗𝚐𝚊𝚗"
"𝙰𝚙𝚊𝚙𝚞𝚗 𝚊𝚔𝚊𝚗 𝚐𝚠 𝚕𝚊𝚔𝚞𝚒𝚗 𝚍𝚎𝚖𝚒 𝚊𝚋𝚊𝚗𝚐 𝚐𝚠 𝚌𝚒𝚗"
"𝙾𝚔𝚑, 𝚜𝚎𝚔𝚊𝚛𝚊𝚗𝚐 𝚕𝚞 𝚋𝚎𝚛𝚍𝚒𝚛𝚒 𝚍𝚊𝚑 𝚍𝚒 𝚍𝚎𝚙𝚊𝚗 𝚝𝚛𝚞𝚜 𝚕𝚞 𝚞𝚌𝚊𝚙𝚒𝚗 𝚔𝚊𝚕𝚒𝚖𝚊𝚝 𝚒𝚗𝚒, 𝚐𝚠 𝚓𝚘𝚖𝚋𝚕𝚘 𝚐𝚠 𝚋𝚞𝚝𝚞𝚑 𝚝𝚎𝚖𝚎𝚗 𝚒𝚍𝚞𝚙"
𝙶𝚠 𝚙𝚞𝚗 𝚗𝚞𝚛𝚞𝚝𝚒𝚗 𝚊𝚙𝚊 𝚔𝚊𝚝𝚊 𝚌𝚒𝚗𝚝𝚊 𝚍𝚊𝚗 𝚐𝚠 𝚝𝚛𝚒𝚊𝚔 𝚜𝚎𝚔𝚎𝚗𝚌𝚎𝚗𝚐 𝚢𝚐 𝚐𝚠 𝚋𝚒𝚜𝚊 𝚐𝚔 𝚕𝚊𝚖𝚊 𝚜𝚒 𝚔𝚞𝚗𝚝𝚒 𝚝𝚊𝚍𝚒 𝚖𝚞𝚗𝚌𝚞𝚕 𝚕𝚊𝚐𝚒 𝚍𝚊𝚗 𝚍𝚒𝚊 𝚋𝚊𝚠𝚊 𝚐𝚠, 𝚊𝚙𝚊 𝚢𝚐 𝚕𝚞 𝚛𝚊𝚜𝚊𝚒𝚗 𝚜𝚊𝚊𝚝 𝚍𝚒 𝚋𝚊𝚠𝚊 𝚜𝚎𝚝𝚊𝚗 𝚌𝚘𝚋𝚊 𝚌𝚒𝚗𝚝𝚊 𝚝𝚛𝚞𝚜 𝚖𝚎𝚗𝚐𝚎𝚓𝚊𝚛 𝚐𝚠 𝚜𝚒 𝚔𝚞𝚗𝚝𝚒 𝚐𝚔 𝚗𝚐𝚎𝚛𝚎𝚜𝚙𝚘𝚗 𝚊𝚍𝚊𝚗𝚢 𝚌𝚒𝚗𝚝𝚊 𝚍𝚒 𝚜𝚒𝚝𝚞 𝚍𝚒𝚊 𝚋𝚊𝚠𝚊 𝚐𝚠 𝚔𝚢𝚊 𝚛𝚞𝚖𝚊𝚑 𝚐𝚒𝚝𝚞 𝚍𝚒 𝚍𝚕𝚖 𝚛𝚞𝚖𝚊𝚑 𝚒𝚝𝚞 𝚊𝚍𝚊 𝚊𝚋𝚊𝚗𝚐 𝚐𝚠